Bukan Pep Guardiola dan bukan pula Jurgen Klopp yang menduduki puncak klasemen Bundesliga Jerman pada pekan pembuka, melainkan seorang pelatih berparas dingin dengan misai tebal yang sukses menuai kemenangan besar bersama tim promosi Hertha Berlin, Jos Luhukay.
Hertha menang besar 6-1 atas Eintracht Franfkurt. Kemenangan itu disambut gegap gempita para pendukung Die Alte Dame sekaligus merayakan kembalinya tim kesayangan mereka ke jajaran teratas Bundesliga. Sepanjang sejarah Bundesliga,
tidak ada tim promosi yang meraih kemenangan telak pada pekan pembuka. Belum pula ada alagi pertandingan pekan pembuka dengan skor sebesar itu terjadi di Bundesliga sejak 1974.
Seperti digambarkan Suddeutsche Zeitung, atmosfir Olimpiastadion gegap gempita. "Takkan ada lagi divisi dua," bunyi nyanyian fans dari tribun timur sejak Hertha membuka keunggulan. Ketika Hertha unggul 3-1 setelah sejam pertandingan, fans lebih berani lagi, "Gelar juara dalam dekapan". Dua menit berselang ketika skor berubah menjadi 4-1, "Spitzenreiter! Spitzenreiter!" Posisi pemuncak klasemen sudah dalam bayangan. Dan, usai pertandingan suasana stadion tak ubahnya seperti sebuah festival. "Oh, wie ist das schööön," gemuruh fans merasakan kegembiraan.
Betapa indahnya kemenangan besar itu, tetapi Luhukay tetap bergeming di pinggir lapangan dengan muka tanpa senyum. Pelatih Belanda keturunan Maluku itu tak mau cepat puas. "Ini baru awalnya," ujarnya. Hertha punya pengalaman buruk terjerembap ke divisi dua (2.Bundesliga) setelah tampil bagus di paruh pertama musim. Usai menduduki peringkat keempat musim 2008/09, Hertha terdegradasi pada musim berikutnya. Hertha kembali promosi musim 2011/12, tetapi kembali terdegradasi setelah dikalahkan Fortuna Dusseldorf dalam laga play-off.
Musim lalu, Luhukay membawa Hertha menjuarai divisi dua dengan rekor menjulang. Die Blau-Weissen tak terkalahkan di kandang sendiri dan menutup musim dengan keunggulan 11 poin di atas Eintracht Braunschweig. Hertha hanya dua kali menelan kekalahan sepanjang musim dengan rekor gol tiada banding di 2.Bundesliga, 65-28. Paling produktif sekaligus paling sedikit kebobolan. "Saya sangat gembira, sungguh hari yang indah buat Berlin," cetus Luhukay usai pertandingan.
Fakta unik Luhukay:
"Luhukay lahir dan besar di Venlo, kota perbatasan tenggara Belanda dengan Jerman. Saat kecil, Luhukay kerap menyambangi Stadion Bokelberg, yang berjarak hanya 35 kilometer jauhnya, guna menyaksikan pemain seperti Gunter Netzer dan Allan Simonsen bermain untuk Borussia Monchengladbach. Sewaktu berkiprah menjadi pemain Luhukay selamat dari bencana pesawat Suriname pada 1989 karena klubnya saat itu, VVV Venlo, menolak melepasnya untuk memperkuat "Kleurrijk Elftal" dalam laga eksebisi di Paramaribo. Sebanyak 176 dari 187 penumpang pesawat tewas, termasuk 15 orang anggota tim."
"Ketika tim Anda menjebol gawang lawan enam kali dan menghantam tiang tiga kali, Anda tahu telah melakukan sebagian besar hal dengan benar, tapi bukan seluruhnya. Mereka yang kenal saya tahu kalau saya tidak akan merayakan kemenangan ini dengan berdansa di atas meja."
"Penampilan ini memang sensasional. Sekarang kami berhasil mengemas tiga poin pertama, kami dapat menikmatinya sbeentar. Tapi dalam beberapa hari kami sudah harus kembali ke kehidupan yang sebenarnya. Kami masih dapat berkembang."
Luhukay menghabiskan pramusim dengan mengasah agresivitas tim, tetapi tidak melupakan sisi pertahanan. Pelatih berusia 50 tahun ini dikenal gemar menerapkan sepakbola menyerang dan kerap mengadaptasi tim dengan taktik lawan. Pengalamannya di bangku teknik sudah dimulai sejak 15 tahun lalu dengan menangani tim divisi rendah, SV Straelen. Meski berpaspor Belanda, Luhukay menghabiskan lima tahun sisa kariernya sebagai pemain di Jerman dan kemudian melanjutkan kiprah menjadi pelatih di negara yang sama hingga sekarang.
Luhukay naik status saat mendampingi Friedhelm Funkel sebagai asisten di FC Koln pada 2002/03. Di klub yang sama dia sempat menjadi pelatih sementara dan kemudian menjadi orang nomor dua di area teknik setelah Marcel Koller serta Huub Stevens. Bersama Borussia Monchengladbach, Luhukay mendampingi Jupp Heynckes di awal 2007. Kerja sama itu tidak sampai berlangsung sebulan karena Heynckes mengundurkan diri dan Luhukay diserahi tugas menangani tim hingga dipecat, Oktober tahun yang sama.
Reputasi Luhukay rupanya lebih bersinar bersama tim biasa-biasa saja yang sedang berjuang naik taraf kemampuan. FC Augsburg dibawanya promosi ke divisi teratas Bundesliga untuk kali pertama dalam sejarah pada 2010/11 dan berhasil mempertahankan posisi sebagai peserta top tier pada musim berikutnya. Sayangnya, di akhir musim 2011/12 Luhukay mengundurkan diri dari jabatan karena perbedaan pendapat dengan petinggi klub.
Petualangan Luhukay berikutnya terjadi di Berlin. Klub yang bermarkas di ibukota Jerman mencari stabilitas di meja kepelatihan usai pemecatan Markus Babbel di akhir 2011. Sebelum Luhukay datang Juli tahun lalu, Hertha secara bergantian ditangani empat pelatih, yaitu dua pelatih sementara serta nama-nama terkenal seperti Michael Skibbe dan Otto Rehhagel. Di luar dugaan fans yang mengharapkan nama besar, manajemen klub mengontrak Luhukay. Keputusan itu mengundang pertanyaan publik soal keseriusan ambisi pengurus klub, apalagi harga Luhukay terbilang murah dengan nilai kontrak tak sampai €1 juta dengan durasi dua tahun.
Keraguan fans dijawab dengan penampilan impresif Hertha musim lalu. Seperti julukan yang didapatnya semasa melatih Augsburg, sang "Diktator Kecil" menanamkan prinsip kolektivitas yang tinggi di dalam tim. Luhukay tak kenal ampun. Gelandang serang andalan musim lalu, Ronny, tak diberinya kesempatan bermain inti pekan lalu karena pulang berlibur dengan bobot tubuh melebihi batas. Soal ketegasan prinsip ini, sampai-sampai sekali waktu Louis van Gaal pernah berujar, "Luhukay mirip seperti saya".
Tak ketinggalan Heynckes mengalamatkan pujian kepadanya usai Hertha memastikan diri promosi. "Luar biasa. Ibukota negara kini punya wakil di Bundesliga. Saya harap mereka memperkuat diri karena Bundesliga pasti lebih sulit. Saya punya hubungan sangat baik dengan Luhukay semasa dia menjadi asisten saya di Gladbach. Dia orang hebat dan pelatih yang sangat bagus. Dia pantas menikmati sukses bersama Hertha," tukas pelatih yang musim lalu membawa Bayern merebut tiga gelar sekaligus itu.
Luhukay tak mau merayakannya terlalu cepat. Tidak ada dansa di atas meja usai kemenangan pekan lalu karena laga berikutnya di markas Nurnberg menanti akhir pekan ini. Media lokal pun sudah mewanti-wanti. Bahkan Berliner Zeitung dan Berliner Kurier khawatir sukses yang datang terlalu dini malah dapat "meracuni" skuat. Pengalaman buruk menjadi tim yoyo dalam lima tahun terakhir tak ingin diulangi lagi oleh Hertha.
"Sungguh penting mendapatkan dukungan di stadion sendiri. Saya senang dengan suasana indah dan positif sehingga kami bisa memperoleh hasil bagus di liga dan partai kandang. Saya harap kedekatan tim dan fans seperti musim lalu terus tumbuh," ujar Luhukay kepada Der TagesSpiegel.
"Kami sudah tak terkalahkan di kandang sendiri selama setahun terakhir dan kami harus mempertahankannya selama mungkin. Posisi liga ditentukan dengan poin yang dipetik di laga-laga kandang. Kami melakukannya musim lalu dan kami juga menjadi tim dengan penampilan tandang terbaik. Namun, kualitas Bundesliga berbeda. Mungkin kami takkan bisa sesukses seperti di divisi dua musim lalu."
"Saya tidak bisa memulai pembahasan soal rekor tak terkalahkan," imbuh sang pelatih kepada Berliner Zeitung di sela-sela latihan persiapan laga Nurnberg. "Kami juga tak boleh menyebandingkan diri dengan Bayern Munich atau Borussia Dortmund."
Jalan Hertha masih panjang, termasuk ujian kualitas sesungguhnya menghadapi tim-tim besar seperti Bayern atau Dortmund, Schalke 04 atau Hamburg SV, dan masih banyak lagi karena persaingan Bundesliga begitu terbuka.
Ikuti Terus Klasemen Bundesliga Jerman di Liga Fifa Jerman, untuk mengetahui nilai/point club kesayangan anda, dan ikuti terus berita terbarunya cukup klik like dibawah ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar